Minggu, 10 Mei 2020

Delia

¼ Potongan Masa Lalu
     Riuhan suara kendaraan tidak mengusik Delia yang sibuk akan kegiatannya melamun. Ya , saat itu Delia dan keluarga tengah bercengkrama di teras rumah sambil menunggu seruan Adzan pertanda waktu makan . Hah lebih tepatnya hanya keluarganya saja, karena Delia lebih melimpahkan perhatiannya pada sehelai daun didepan kursinya,entah apa yang menjadi pengganggu fikirannya saat ini.
     Tiba-tiba canda tawa itu terhenti dan lamunan deliapun ikut terbuyar karena deru sebuah motor. “siapa del?” ucap sang ibu sambil melihat laju motor itu. Delia hanya diam namun bola mata ikut bergerak searah dengan laju motor itu.Delia tau , bahwa sang ibu memang sengaja.
   Ø Delia POV
        Laju motor itu pergi ke arah yang memang seharusnya dan ia ingini untuk dituju. Setelah bola mata kembali memandang objek semula . Renungan itu pun dimulai , bukan tentang keresahanku yang kulamunkan tadi namun perihal ¼ kepingan-kepingan yang tertinggal oleh laju motor itu. Setelah lama merenung,Aku bergegas kedalam kamar mengambil benda persegi yang terlipat berwarna putih. Egois bukan jika aku tidak menulisnya disini.Karena ia juga pernah mengisi perjalananku , karena ia juga sosok yang turut membentuk karakterku hingga menjadi karakter saat ini. Benar, si pengendara motor itu. Sosok yang sekarang tidak pernah menoleh namun melirik.Aih , bahkan lirikan itupun masih sama , masih menakutkan dan jujur masih aku takuti hingga sekarang. Alih-alih mewaspadai warna hijau sekarang aku harus berganti mewaspadai kombinasi banyak warna LOL. Namun semenakutkan apapun dia , dialah orang dari masalalu yang ingin aku jumpai. Bukan , bukan jumpa untuk kembali meneruskan cerita yang dulu telah ditamatkan sutradara. Tapi aku ingin berbagi kisah dengannya , dia bercerita dengan sosok yang singgah dihatinya sekarang dan aku mendongeng tentang bagaimana perjalananku setelah itu dan yang pasti aku akan bercerita tentang keresahanku yang baru. Mendongeng tentang apa yang aku suka dan tidak suka sekarang , tentang aku yang bukan penggila jus avocado lagi namun sekarang menjadi penggemar kopi hitam dengan gula setengah sendok teh , tentang aku yang sekarang belajar pemrograman sama seperti dirimu dulu. 
      Aku juga ingin menceritakan sosok baru yang mampu menggantikanmu sepenuhnya kepadamu. Bukan sosok yang menjadi alasanku setiap jam 5 pagi menyapu halaman rumah untuk menyapa dan menyemangati ketika berangkat sekolah , bukan sosok yang ku nanti setiap akhir pekan sambil belajar didepan teras rumah , bukan sosok yang menjadi pelarianku saat PR matematika menyusahkan otakku , bukan sosok yang menjadi ketakutan terbesarku ketika permasalahan melanda, bukan sosok yang selalu kutemani hingga jam 1 pagi bertukar pesan untuk menemaninya belajar dan juga bukan sosok yang selalu mengirimiku lagu D-bagindaz(Maafkan aku) ketika drama sosok ketiga turut hadir dalam kisah kita. Bukan sosok itu lagi kini sosok itu baru. Namun tahukah kamu pak ketua ? (panggilan ku kepadamu dulu) . Sosok baru itulah yang menjadi keresahanku sekarang. Kisahku dan dirinya tidak lebih rumit daripada denganmu. Tapi satu hal yang harus kamu tahu ,darimu aku belajar bahwa yang kupercayai belum tentu menjadikanku sebagai kepercayaannya. Itulah alasan mengapa aku memutuskan mengakhiri kisah dengannya. Aku tidak ingin kisah kita terulang lagi. Aku yang dulu egois menganggap kamu nyaman namun sebenarnya tidak dan tetap kekeh untuk bertahan.Permasalahan yang kami hadapi tidak seberat dan sebanyak denganmu dulu.Namun setelah kisah kami berakhir kerumitan itulah yang selalu menjadi keresahanku. Hingga kini aku masih bertanya bagaimana penilaiannya terhadapku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI DAN TIMBUNAN MIMPI Mata itu terlihat masih terbuka namun rupanya sang pemilik juga sedang menahan kantuk yang tak kunjung hilang. ...