¼ Potongan Masa Lalu
Riuhan suara kendaraan tidak mengusik Delia yang sibuk akan
kegiatannya melamun. Ya , saat itu Delia dan keluarga tengah bercengkrama di
teras rumah sambil menunggu seruan Adzan pertanda waktu makan . Hah lebih
tepatnya hanya keluarganya saja, karena Delia lebih melimpahkan perhatiannya
pada sehelai daun didepan kursinya,entah apa yang menjadi pengganggu fikirannya
saat ini.
Tiba-tiba canda tawa itu terhenti dan lamunan deliapun ikut
terbuyar karena deru sebuah motor. “siapa del?” ucap sang ibu sambil melihat
laju motor itu. Delia hanya diam namun bola mata ikut bergerak searah dengan
laju motor itu.Delia tau , bahwa sang ibu memang sengaja.
Ø Delia POV
Laju motor itu pergi ke arah yang memang seharusnya dan ia
ingini untuk dituju. Setelah bola mata kembali memandang objek semula .
Renungan itu pun dimulai , bukan tentang keresahanku yang kulamunkan tadi namun
perihal ¼ kepingan-kepingan yang tertinggal oleh laju motor itu. Setelah lama
merenung,Aku bergegas kedalam kamar mengambil benda persegi yang terlipat
berwarna putih. Egois bukan jika aku tidak menulisnya disini.Karena ia juga
pernah mengisi perjalananku , karena ia juga sosok yang turut membentuk
karakterku hingga menjadi karakter saat ini. Benar, si pengendara motor itu. Sosok
yang sekarang tidak pernah menoleh namun melirik.Aih , bahkan lirikan itupun
masih sama , masih menakutkan dan jujur masih aku takuti hingga sekarang. Alih-alih
mewaspadai warna hijau sekarang aku harus berganti mewaspadai kombinasi banyak
warna LOL. Namun semenakutkan apapun dia , dialah orang dari masalalu yang
ingin aku jumpai. Bukan , bukan jumpa untuk kembali meneruskan cerita yang dulu
telah ditamatkan sutradara. Tapi aku ingin berbagi kisah dengannya , dia
bercerita dengan sosok yang singgah dihatinya sekarang dan aku mendongeng
tentang bagaimana perjalananku setelah itu dan yang pasti aku akan bercerita
tentang keresahanku yang baru. Mendongeng tentang apa yang aku suka dan tidak
suka sekarang , tentang aku yang bukan penggila jus avocado lagi namun sekarang
menjadi penggemar kopi hitam dengan gula setengah sendok teh , tentang aku yang
sekarang belajar pemrograman sama seperti dirimu dulu.
Aku juga ingin menceritakan sosok baru yang mampu
menggantikanmu sepenuhnya kepadamu. Bukan sosok yang menjadi alasanku setiap
jam 5 pagi menyapu halaman rumah untuk menyapa dan menyemangati ketika
berangkat sekolah , bukan sosok yang ku nanti setiap akhir pekan sambil belajar
didepan teras rumah , bukan sosok yang menjadi pelarianku saat PR matematika
menyusahkan otakku , bukan sosok yang menjadi ketakutan terbesarku ketika
permasalahan melanda, bukan sosok yang selalu kutemani hingga jam 1 pagi
bertukar pesan untuk menemaninya belajar dan juga bukan sosok yang selalu
mengirimiku lagu D-bagindaz(Maafkan aku) ketika drama sosok ketiga turut hadir
dalam kisah kita. Bukan sosok itu lagi kini sosok itu baru. Namun tahukah kamu
pak ketua ? (panggilan ku kepadamu dulu) . Sosok baru itulah yang menjadi
keresahanku sekarang. Kisahku dan dirinya tidak lebih rumit daripada denganmu. Tapi
satu hal yang harus kamu tahu ,darimu aku belajar bahwa yang kupercayai belum
tentu menjadikanku sebagai kepercayaannya. Itulah alasan mengapa aku memutuskan
mengakhiri kisah dengannya. Aku tidak ingin kisah kita terulang lagi. Aku yang
dulu egois menganggap kamu nyaman namun sebenarnya tidak dan tetap kekeh untuk
bertahan.Permasalahan yang kami hadapi tidak seberat dan sebanyak denganmu
dulu.Namun setelah kisah kami berakhir kerumitan itulah yang selalu menjadi
keresahanku. Hingga kini aku masih bertanya bagaimana penilaiannya terhadapku.